Motivasi Untuk Pejuang Gapyear Perguruan Tinggi
PERJALANAN MENJADI SEORANG MAHASISWA DITENGAH KONDISI PANDEMI COVID-19
Perkenalkan Nama saya Ridwan, saya lahir pada ** Oktober 200* di kabupaten Ngawi, provinsi Jawa timur. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya tentang bagaimana proses saya menjadi seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia yaitu Universitas Trunojoyo Madura pada saat kondisi pandemi covid-19 ini.
Saya lulus dari jenjang pendidikan sekolah menengah atas pada tahun lalu tepatnya pada 2019. Memang benar saya bukan lulusan tahun ini, tahun 2020 yang lebih dikenal dengan sebutan angkatan corona. Saya merasa beruntung karena saat SMA masih bisa merasakan sulitnya mengerjakan UNBK dan juga bisa merayakan kelulusan bersama teman-teman, itu semua mukin tidak bisa dirasakan oleh pada siswa yang lulus pada tahun 2020 ini dikarenakan adanya pandemi virus covid-19 atau biasa disebut virus Corona.
Saya menempuh pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Karangjati, Pada awalnya saya tidak tau tujuan hidup saya setelah lulus dari SMA mau jadi apa, saat itu saya sama sekali tidak berfikiran untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi seperti yang sedang saya jalani sekarang ini. Pada suatu ketika seorang guru mata pelajaran agama Islam meminta saya agar menghadap beliau keruang guru, disitulah beliau memberikan saran serta memotivasi supaya saya mau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Tidak hanya guru agama saja yang menyarankan agar saya melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, namun juga Guru BK serta Saudara-saudara saya yaitu Pak Lik atau paman dan Sepupu saya. Mereka semua sangat mendukung agar saya mencoba mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri, terutama sepupu saya yang saat itu sudah menempuh perkuliahan selama dua semester dan sekarang dia sedang menjalani kehidupan sebagai mahasiswa semester lima di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur tepatnya di Universitas Negeri Jember.
Setelah menerima semua saran dan motivasi dari para guru dan saudara, saya memutuskan untuk mencoba mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri pertama yaitu SNMPTN 2019. Pada seleksi ini saya memilih dua universitas yaitu di pilihan pertama ada Universitas Negeri Jember dan pilihan kedua adalah Universitas Negeri Yogyakarta. Segala macam proses pemberkasan dan verifikasi saya lakukan untuk persyaratan seleksi ini, sampai tiba dimana saatnya pengumuman hasil SNMPTN ini keluar. Saat itu saya terlalu percaya diri bahwa saya akan lolos di salah satu pilihan, yang tanpa saya sadari bahwa pesaing tes masuk perguruan tinggi negeri ini dari seluruh Indonesia. Alhasil saya pun gagal lolos dari seleksi SNMPTN ini, setelah itu saya memutuskan untuk fokus pada persiapan UNBK yang sudah semakin dekat.
UNBK pun sudah berhasil terlewati, saya mencoba kembali untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang kedua yaitu seleksi SBMPTN 2019. Dikala itu saya belajar untuk persiapan menghadapi SBMPTN dengan referensi seadanya tanpa buku khusus SBMPTN atau semacamnya. Saya melakukan tes UTBK di Surakarta tepatnya di SMKN 6 Surakarta. Pada tes kali saya memilih dua universitas yaitu Universitas Negeri Jember pada pilihan pertama dan Universitas Negeri Surabaya pada pilihan kedua. Sembari menunggu keluarnya pengumuman hasil tes SBMPTN saya mencoba untuk mencari lowongan pekerjaan didekat kota saya. Namun sayang seribu sayang pada tes kedua ini saya kembali mengalami kegagalan, hal ini benar-benar membuat saya down dan tanpa berpikir panjang lagi untuk mencoba jalur mandiri. Keesokan harinya setelah pengumuman itu saya mendapat kabar bahwa saya diterima bekerja di salah satu restoran di kota Ngawi, tanpa pikir panjang saya langsung mengkonfirmasi jika saya menerima tawaran pekerjaan tersebut. Saya bekerja di restoran tersebut selama kurang lebih lima bulan, di bulan ke tiga keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi pun muncul kembali. Sejak saat itu saya memutuskan untuk resign dari restoran tersebut pada bulan ke lima guna mempersiapkan diri untuk kembali menghadapi SBMPTN 2020.
Hari demi hari telah berlalu dan sudah memasuki bulan februari tahun 2020. Tiba-tiba ada berita yang sangat mengguncang Indonesia bahkan seluruh dunia, yaitu mulai masuknya pandemi virus covid-19 atau biasa disebut virus Corona di Indonesia. Kondisi pandemi ini memaksa kita untuk merubah kebiasaan sehari-hari seperti menjaga jarak dan selalu memakai masker saat diluar rumah, hal ini pun juga mengakibatkan di tundanya jadwal tes SBMPTN 2020. Tidak hanya ditunda saja namun bentuk soal SBMPTN 2020 pun dirubah sedemikian rupa agar bisa dikerjakan dalam waktu lebih singkat dari tahun sebelumnya dan pelaksanaan tes UTBK nya pun menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti diwajibkannya peserta dan panitia melakukan pengecekan suhu serta memakai masker, sarung tangan dan face shield. Itu semua dilakukan guna meminimalisir penyebaran virus covid-19. Saat itu persyaratan mengikuti UTBK pun harus menunjukkan surat hasil Rapid Tes dengan hasil nonreaktif.
Setelah menunggu sekitar kurang lebih hampir satu bulan setelah melakukan tes UTBK yang sangat ketat protokol kesehatannya. Keluarlah pengumuman hasil seleksi SNMPTN 2020 tepatnya pada tanggal 14 Agustus 2020. Pada tes SBMPTN 2020 ini saya memilih Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Trunojoyo Madura. Setelah melihat hasil pengumuman tersebut saya pun seperti tidak percaya bahwa saya berhasil lolos pada pilihan kedua yaitu di Universitas Trunojoyo Madura di program studi sosiologi. Berikutnya saya langsung mempersiapkan berkas-berkas yang digunakan untuk daftar ulang ke Universitas Trunojoyo Madura. Selanjutnya saya pun menghadapi serangkaian kegiatan masa orientasi mahasiswa baru atau biasa disebut ospek, ada tiga tahapan ospek yang harus dilewati para calon mahasiswa baru sebelum memulai perkuliahan yaitu ada ospek universitas, ospek fakultas dan yang terakhir ospek program studi masing-masing. Pelaksanaan ospek pun dilakukan secara daring serta mendapatkan penugasan yang bisa dikatakan cukup banyak. Namun itu semua dilakukan agar kita sebagai mahasiswa baru bisa mengenal dan dapat beradaptasi dengan sistem perkuliahan daring nantinya.
Kesimpulan dari pengalaman saya diatas adalah jika kita mengalami sebuah kegagalan dalam suatu hal jangan langsung menyerah namun cobalah kembali dikesempatan selanjutnya, ingatlah jika gagal cobalah lagi dan jika tumbang bangkitlah kembali. Sebenarnya angkatan Corona bukanlah sebutan yang tepat untuk para mahasiswa baru di tahun 2020 ini dikarenakan banyak sekali rintangan dan hambatan mereka untuk menempuh segala macam proses mulai dari masa seleksi sampai dengan masa orientasi ditengah-tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini. Mereka semua lebih tepat disebut sebagai angkatan Emas dikarenakan bisa beradaptasi dengan cepat sesuai kondisi pandemi yang memaksa kita semua merubah beberapa kebiasaan dan tatacara melakukan proses perkuliahan.
Mukin cukup sekian sedikit pengalaman dari saya semoga dapat bermanfaat serta menginspirasi teman-teman semua. Apabila ada tutur kata yang salah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terimakasih...
Komentar
Posting Komentar